Selasa, 26 Juli 2011

Bersyukur hari ini

Jujur saja, sebagai manusia biasa yang keadaan ekonominya juga terlalu biasa membuat kita kurang bisa bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan. Sedikit atau banyak. Berupa materi atau bukan, itu semua adalah hadiah dari Tuhan untuk kita. Bukan berarti saya tidak pernah mengeluh. Sering saya merasa apa yang Tuhan kasih ke saya selalu nggak cukup. Selalu merasa kekurangan dan tidak seberuntung teman-teman saya.
Sering saya berkata dalam hati, seandainya saya memiliki apa yang mereka miliki. Teman-teman yang fasilitasnya serba ada.
Tapi kemudian Tuhan seperti memberi tahu saya. Ketika saya berjalan kaki pulang ke tempat kost yang sudah dua tahun ini saya tempati, sambil berharap kalau suatu ketika saya memiliki kendaraan sendiri, kemudian seorang bapak tukang becak melintas dan meninggalkan aroma keringatnya di udara. Atau seorang pemulung yang sepedanya sudah karatan dan berhenti di tepi sungai yang airnya sudah kecoklatan hanya untuk mengambil sampah yang hanyut. Atau seorang gelandangan yang dekil dan pastinya sudah berhari-hari tidak mandi. Kemudian di lain kesempatan, ketika saya harus mengantar surat ke kantor pos atau mem-fotocopy sesuatu, wanita seusia ibu saya dengan pakaian compang-camping mendatangi setiap orang yang ditemuinya demi untuk sekeping rupiah. Atau seorang anak laki-laki berusia kira-kira 13 tahun, mengelap jok motor pinjaman yang saya parkir.
Dan masih banyak lagi....
Tuhan seperti memberi tahu saya. Lihat tuh, kamu masih beruntung dibanding mereka. Mereka harus memeras keringat sampai kering untuk bisa makan hari itu. Harus berhadapan dengan panas, debu, atau orang-orang rese. Kamu tinggal duduk di depan komputer dan meja siar sudah bisa menabung dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka mungkin nggak bisa melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP sehingga pengetahuannya terbatas. Sedangkan kamu, bisa menyelesaikan pendidikan sampai SMA, itu sudah cukup berprestasi. Ditambah lagi pengetahuan-pengetahuan otodidak.
Tuhan benar, dibanding mereka saya memang masih lebih beruntung. Saya bisa sekolah meskipun sampai SMA hanya dibantu Ibu. Saya mendapat gaji yang lumayan cukup untuk saya sendiri meskipun kadang saya stress. Saya bekerja di tempat yang nyaman dan cukup berfasilitas meskipun kadang saya heran kenapa masih ada rekan-rekan yang suka ngomongin saya di belakang. Saya memiliki keluarga yang mendukung saya meskipun kadang mengeluh karena saya jarang pulang. I do have somebody to love and love me just the way I am. Di atas semua itu, Tuhan yang benar-benar baik kepada saya karena memberikan saya kehidupan yang baik. Saya sehat, keluarga sehat dan orang yang saya sayangi pun sehat. Jika dipikir-pikir, perjuangan saya tidak perlu terlalu keras. Karena Tuhan sebenarnya sudah memfasilitasi saya. Jadi, apa alasan saya untuk tidak bersyukur?

Rabu, 20 Juli 2011

Pertanyaan saya

Kenapa perempuan selalu cemburu dengan teman wanita pacarnya? Kenapa perempuan takut kehilangan? Kenapa perempuan selalu merasa nggak sempurna? Setidaknya itulah yang selama ini saya pikirkan. Kalau saya ingat-ingat, sepertinya sepanjang hidup saya hampir nggak pernah saya merasa benar-benar bahagia atau benar-benar tenang. Jika suatu ketika saya bilang saya bahagia, saya tenang atau saya bersyukur, itu karena saya nggak ingin orang lain khawatir. Padahal dalam hati ada saja perasaan khawatir walaupun sangat kecil.