Jumat, 25 November 2011

Story from...

FACEBOOK

Alvin menoleh ke meja kerja di sampingnya. Tumben amat si Sari betah di depan komputer. Biasanya kalo udah mendekati jam 12 siang gini udah burur-buru ke kantin buat istirahat.

"Sar." panggil Alvin.
"Heh, apa Vin?" jawab Sari.
"Tumben lo nggak buru-buru nyambangi kantin?"
"Hehehe. Lagi asik. nanti aja. Lagian bakso kikilnya nggak abis cuma dimakan bu kantin seorang."
"Ngapain lo? Liat situs bokep ya?"
"Sembarangan!" Sari menoyor kepala Alvin yang mencoba mengintip komputernya. "emang elu?! hobinya buka situs gituan! Gua cuma buka facebook nih...." katanya emosi.
"Tumben amat... kayak abg."
"Emang facebook identik sama abg, gitu?"
"Ya abis, yang getol on line kan cuma abg."
"Elu juga rajin on line."
"Beda Sar, gua kan on line karena rata-rata terima job dari situ. Gua kan memasarkan kaos rancangan gua sendiri lewat facebook. Yah, sesekali main game online sih... hehehe."
"Heleh, kadang-kadang juga lo nulis status alay nggak jelas gitu..."
"Itu gara-gara akun FB gua dibajak. Emang ada apa sih di FB lo? sampe betah nggak turun ke kantin."
Sari kembali menghadap layar komputernya.
"Nggak ada. Cuman baca status temen-temen gua yang ..."
"Alay?"
"Lo baca sendiri deh."
Alvin menarik kursinya dekat Sari.
"Gila... temen-temen lo namanya ajaib-ajaib gini ya? Adek ChayanxBuangetts SamaAbang. hahaha... nama apaan nih?! Panda Lophes Kitty. Ini nama asli ya?"
"Ya bukan. Fotonya juga bukan foto asli. Ada sih yang kayaknya pake foto sendiri. Tapi pose-nya manyun semua."
"Eh, ini yang dipake status bukannya lagu melayu yang lagi banyak di-airplay di radio itu ya?"
"Nggak semua radio lah. Di radio kita, ini lagu di-blacklist." sanggah Sari.
"Trus, ini ada yang curhat kayaknya."
Alvin menggeser kursor ke bawah.
"Ckckckc... temenmu rata-rata gini ya?"
"Gini apaan?" tanya Sari.
"Alay. Sama kayak lo. hahaha"
"Alay juga manusia kalee..." Sari ngeles. Sementara si Alvin masih ngakak. "mereka lebay begitu juga pasti ada alasannya. Bukan sekedar nyari sensasi."
"Lebay, lebay aja. Pake alasan segala... lagi, orang nggak jelas gitu ngapain lo confirm? Paling dia temen-temennya nggak jelas juga."
"Kalo menurut gua, kayaknya mereka ini tipe-tipe yang suka menyendiri gitu deh. Lebih tepatnya kesepian. Makanya mereka lari ke dunia maya. they more comfortable to be a part of digital world than reality."
"Makanya mereka finding friends as much as possible gitu?"
"Yah, salah satunya. Semakin banyak yang jadi temen mereka, semakin banyak perhatian yang dia dapet."
"Jadi ceritanya mereka haus perhatian?"
"Mungkin. Tapi diakui atau nggak, pasti ada keinginan dalam hati kita untuk mendapat komen atau minimal 'like' dari orang yang baca status kita."
"Ah, gua nggak gitu banget. Elu kali."
"Ya, elu kan make FB pure buat bisnis online. Dan ralat, gua nggak alay-alay banget ya. Gua cuma share hasil tulisan blog gua lewat wall."
"Yah, whatever. Pokoknya lo alay. hahaha...." kata Alvin sambil ngacir. Menghindar dari jitakan Sari yang membabi buta.

Minggu, 13 November 2011

The Trully Street Artist

Wow, it's november!! Dan saya baru nulis lagi. Yah maklum, meskipun sempat bilang kalau saya pengen jadi penulis. Pada kenyataannya kalau disuruh nulis suka moody juga. hahaha. Dan kali ini saya ingin share tentang hal berbeda yang saya jumpai hampir sepuluh tahun ini. Terhitung setelah saya berani kemana-mana naik bus sendiri. It was on my 13th. Dan yang ingin saya bagi hari ini adalah tentang seniman jalanan. I often see them along my trip to and from the place I call home. Keberadaan mereka mengundang berbagai reaksi dari orang-orang. Ada yang bilang unik, nggak sedikit juga yang berpendapat mengganggu. Tapi apa pun itu, mereka tetap manusia yang berusaha bertahan hidup dengan cara yang mereka yakini benar.
Seniman jalanan yang saya maksud di sini, of course, para pengamen. Tahu kan? yang sering cover lagu-lagu orang itu lho. hahaha. Istilahnya.... tapi bener deh. setelah kurang lebih selama sepuluh tahun ini saya sering pergi keman-mana dengan menggunakan jasa bus -maklum, belum punya mobil- saya menjumpai berbagai macam pengamen yang membuat saya sebal dan juga respect. Sebal bukan berarti saya merendahkan mereka. Maksud saya sebal di sini, karena terkadang, dan bahkan sering, mereka menyanyikan lagu yang seharusnya sounds good jadi ancur. Atau menyanyikan lagu yang tidak seharusnya didengar penumpang anak-anak. Tapi rasa sebal itu nggak berhak saya keluarkan. Salah-salah malah menimbulkan keributan massa. Jadi kalau misalnya bus yang saya tumpangi kebetulan berhenti untuk menaikkan penumpang plus-plus -plus pedagang asongan dan pengamen- saya langsung tutup mata dan telinga. Nggak secara harfiah sih, untuk tutup telinganya. Tapi, honestly, saya malas mendengarkan karya music yang seharusnya bagus dan bikin orang seneng, tapi jadi acak-acakan gara-gara orang yang bawain. Dan belakangan ini saya jadi tertarik untuk mengamati para musisi jalanan ini.
Karena tempat kerja saya yang sekarang mengharuskan saya menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dari dan ke rumah -meskipun itu hanya sekali dalam seminggu- saya jadi memerhatikan apa yang ada di sekitar saya. Terutama musisi jalanan yang 'tugasnya' menghibur para penumpang. Kalau biasanya saya kurang respect karena mereka suka membawakan lagu-lagu yang -seringnya- kurang pantas didengarkan anak-anak, maka pikiran itu berubah sejak hari pertama saya berangkat ke kota industri ini. Musisi jalanan yang waktu itu kebetulan 'tampil' di bus yang saya tumpangi menyanyikan lagu band favorit saya, Andra & The Backbone yang judulnya hitamku dengan suara yang sangat mirip dengan vokalis aslinya. Perjalanan yang biasanya bikin saya stress, jadi menyenangkan. Well, that should happened to me since 10 years ago. Kemudian, setelah sekira dua minggu setelahnya, ketika saya perjalanan pulang lagi di suatu sore, pengamennya lagi-lagi bikin saya kagum. Well, awalnya nggak sih. Soalnya mereka ngobrol pakai bahasa ke-Jakarte-an. Pikir saya, belagu banget tuh dua orang!! Pengamennya ada dua soalnya. Tapi saya langsung amazed begitu mereka membawakan lagu wonder wall milik Oasis perfectly. Dan kekaguman saya semakin bertambah ketika mereka menyanyikan lagu milik The Cranberries yang saya lupa judulnya dan The Second You Sleep milik Saybia yang juga saya suka banget >_<
Mereka menutup 'show' sore itu dengan lagu Selamat Tinggal milik Five Minutes. Satu-satunya lagu berbahasa Indonesia yang dinyanyikan sore itu. Pengalaman itu memberikan pendapat tersendiri buat saya. Saya yang biasanya -sorry- rada pelit ngasih pengamen karena saya nggak sreg dengan cara mereka menyanyi jadi nggak sayang untuk mengeluarkan ribuan dengan nominal yang agak besar untuk mereka. Musisi jalanan yang berbakat. Ah ada lagi, kira kira kemarin lusa saya menjumpai pengamen yang unik. Awalnya saya pikir dia akan menyanyi lagu-lagu koplo populer seperti biasanya. Tapi ternyata, pengamen yang satu ini memainkan medley lagu pop dan campursari with violin. Yes, just the musics not the lyrics. And it sounds so classic. Lagunya pun dipilih yang sekiranya everlasting dan mudah dihapal. So, sebenarnya saya pribadi mau menghargai mereka dan bisa kagum dengan talenta musik para musisi jalanan ini. Dengan catatan, mereka tidak sekedar genjrang-genjreng. Sangat sedikit musisi jalanan yang benar-benar mengikuti passion mereka lebih daripada beberapa lembar ribuan yang diberi penumpang. Harapan saya sih, musisi jalanan seperti mereka lah yang memanjakan telinga kita ketika dijalan. Even better, from our mp3 player. Something good wouldn't make us regret to pay.

Jumat, 14 Oktober 2011

Tentang Hidup

Apa yang membuat kalian bertanya sampai saat ini? Saat Tuhan memberikan kesepatan untuk kalian menghirup udara yang penuh polusi sampai saat ini? Saya nggak bisa menebak satu-persatu. Jawaban itu, ada dalam hati kalian dan saya masing-masing. Dari mulai kita bisa berpikir, sampai sekarang. Pasti banyak pertanyaan muncul yang berkaitan dengan kehidupan dan pernak-perniknya. Tapi pertanyaan yang pasti selalu ditanyakan setiap orang adalah, kenapa hidup ini begitu sulit? Saya juga bertanya seperti itu. Kenapa hidup ini sulit buat saya? Semakin lama, semakin sulit. Untuk yang pikirannya pendek, mungkin lebih baik tidak usah hidup daripada mengalami kesulitan.
Tapi ketika suatu malam sepulang kerja -atau main?- dan merasa sedikit capek di kamar. Iseng-iseng saya memainkan beberapa permainan favorit di laptop -thanks buat pacar tersayang yang sudah meng-install beberapa games di laptop saya :)
Ketika permainan saya sampai pada level yang cukup tinggi, saya beberapa kali mengalami game over dan harus mengulang. Bahkan sampai waktu menunjukkan pukul 24.00, yang berarti sudah hampir 4 jam main, saya belum berhasil juga. Kesel sih, kurang sedikit lagi saya bisa menyelesaikan game itu. Tapi mau nggak mau saya harus tidur, besok masih harus datang ke kantor baru saya.
Sebelum tidur, saya sempat berpikir tentang game saya. Bukan tentang strategi bagaimana saya harus menyelesaikan tanpa game over duluan. Tapi tentang hidup dan game. Sebenernya, nggak ada hubungannya antara game dengan hidup. Tapi kalo dipikir-pikir, hidup itu seperti main game. semakin tinggi level yang kita mainkan, semakin sulit misinya. Sama kayak hidup. Semakin matang kehidupan yang kita jalani, semakin sulit ujian yang Tuhan berikan untuk kita. Tapi sayangnya, dalam dunia nyata kita nggak memiliki cadangan nyawa seperti dalam game. Kalo kita kalah, bisa mengulang dari awal dengan tanpa cacat sedikit pun. Enak ya, kalo bisa kayak gitu. Setiap kita melakukan kesalahan atau mengalami musibah, kita putar waktu dan mengulang dari awal. Tapi kalo dipikir-pikir sebenernya kita juga punya 'nyawa cadangan' itu. Ya nggak bener-bener berfungsi seperti dalam game sih. Ibaratkan saja 'nyawa cadangan' itu seperti bagian lain dalam kehidupan kita. Hal yang pasti selalu ada ketika kita melakukan kesalahan atau mengalami musibah.
Kehidupan itu seperti game. Semakin tinggi level-nya, semakin sulit misinya. Semakin lama kita hidup, semakin berat ujian yang Tuhan berikan. Kita memang tidak punya 'nyawa cadangan'. Kalo kita memutuskan untuk 'game over' dari kehidupan, kita tidak bisa mengulang dari awal untuk memperbaiki semuanya. Kalo kita melakukan kesalahan, sulit buat kita mengulang lagi dan menghindari kesalahan yang sama. Kalo kita mendapat musibah, kita nggak bisa melawan dengan 'senjata'. 'nyawa cadangan' kita nggak berbentuk. Tapi dia memang ada ketika kita menjalani ujian dari Tuhan, melakukan kesalahan, atau mendapat musibah.
Sampai sini sudah ngerti? Yah, kalo ada yang nggak ngerti dari apa yang saya ketik sih, saya maklum. Ini kan hasil dari pemikiran saya sendiri. Dari pengamatan saya.
Yang jelas, 'nyawa cadangan' itu memang ada. Tapi bukan nyawa yang bisa bikin orang mati bangkit dari kubur. Hm... coba diobrolin sama teman, saudara, keluarga, atau pasangan deh. Pasti seru ngbrolin 'nyawa cadangan' ini. Mungkin bahkan kita bisa menemukan jawaban yang berbeda-beda dari setiap orang yang kita tanya. Kembali ke kehidupan yang seperti game. Yang jelas, kehidupan itu lebih menarik daripada game. Lebih kompleks. nggak monoton. Kadang warna-warni, nggak jarang juga yang hitam-putih atau cuma hitam.

Selasa, 11 Oktober 2011

A letter to my dear

Sayang,
Aku tahu ini mungkin terdengar berlebihan. Tapi aku cuma ingin kamu tahu apa yang aku rasakan.

Sayang,
Kita baru saja bertengkar. Karena suatu hal yang berbeda antara kamu dan aku.
Bagaimanapun, itu semua salahku. Aku akui itu.
Aku mungkin nggak mendengarkan kamu sebagai seseorang yang butuh teman untuk bicara atau berbagi masalah.
Aku cuma mementingkan kekhawatiran dan ketakutanku sendiri.

Ketika malam itu kamu mengungkapkan kekecewaanmu, aku akui memang aku yang salah.
Tapi aku menangis.
Bukan karena menghadapi kamu yang marah.
Semuanya lebih karena aku menyesal nggak mengerti apa yang kamu inginkan.
Aku belum bisa menemani kamu di saat-saat kamu butuh teman untuk bicara.
Saat kamu lagi ada masalah.
Saat kamu butuh seseorang untuk membuat kamu tetap semangat.
Saat kamu bahkan merasa sangat lemah sampai butuh seseorang untuk membantu kamu tetap tegar.

Aku memang belum bisa menjadi seperti itu.
Apalagi dengan jarak kita yang agak berjauhan sekarang.
Semakin sulit buat aku dan kamu untuk bicara dan berbagi suka duka menjalani kehidupan kita yang baru mulai.

Kemudian aku minta maaf. Meskipun oke, terlambat.
Aku bukannya nggak mau minta maaf ke kamu. Bagiku, ketika meminta maaf. Berarti kita benar-benar melupakan kesalahan masing-masing dan kembali seperti semula.
Aku takut jika minta maaf, malah kamu anggap suatu alasan untuk menghindari kesalahan.
Biasanya itu kesan yang aku dapat dari orang lain.

Jadi, kalau memang kamu sudah memaafkan aku, ya sudah.
Jadilah kamu seseorang yang sebelum kamu marah sama aku.
Aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama, jika itu yang kamu mau.
Aku selalu ingin buat kamu bahagia, tapi mungkin caranya yang salah.
Aku melakukannya dengan caraku. Bukan dengan cara kita.
Kali waktu, aku akan mendengarkan kamu bicara.
Aku sediakan bahuku jika kamu ingin menangis -itu kalau kamu bisa menangis-
Aku ikut jika kamu butuh teman untuk jalan.
Aku berusaha untuk nggak mengecewakan kamu lagi.

Kalau pada akhirnya ada yang menganggap aku sudah dibutakan sama kamu,
Aku akan jawab:
Aku nggak buta. Itu semua karena aku butuh kamu dan kamu butuh aku.

Love,

Me

Jumat, 30 September 2011

Cerita Menarik Yang Lain

Hm... sekarang ini di studio siar tempat saya bekerja sedang ada maintenance peralatan. Jadi saya ada sedikit waktu untuk bertukar cerita terbaru. Seperti yang sudah diketahui, saya sekarang bekerja di Pandaan. Masih bagian dari Jawa Timur... :)
Nah, setiap berangkat dan pulang kerja, -mengingat saya tinggal di tempat kost yang lumayan jauh- saya memanfaatkan jasa tukang ojek. Jadi, ya, saya naik ojek tiap hari. Soal ojek ini, ada cerita yang cukup menarik. Ada satu tukang ojek yang cukup baik sebenarnya, tapi terkadang karena kebaikannya itu, saya jadi merasa nggak nyaman. Mungkin karena saya nggak biasa menerima kebaikan orang ya... hehehe. Jadi sudah tiga kali ini, -bukan tiga hari- setiap saya berangkat kerja saya naik ojek gratis dari bapak tadi. Orangnya sudah berumur kira-kira 60-an tahun, setinggi saya, dan keramahannya mengingatkan saya pada orang-orang desa yang tulus ingin membantu tapi jadi terkesan berlebihan untuk orang kota. Hahaha... Pertamanya sih, saya masih membayar pada bapak tadi -saya tidak tahu atau lupa namanya- tapi pada kali ketiga ketika saya kembali menumpang ojeknya, saya diminta menunda pembayaran. Katanya sih nanti sekalian kalau pulang. I said, ok then...
Tapi pada kali kedua begitu juga. Padahal setiap pulang kerja saya tidak menumpang ojek si bapak tadi. Saya jadi nggak enak hati, saya sudah berhhutang dua kali sama si bapak. Dan saya teringat pesan ibu, jangan terlalu lama menyimpan hutang. Saya lalu berniat -bukan bertekad. Tapi cukup bagus kan..?- untuk membayar ongkos yang saya utang sama si bapak, kalau saya ketemu orangnya. Tapi hari ini, ketika saya menunmpang ojeknya kembali untuk berangkat kerja, saya malah digratiskan alias nggak perlu bayar ongkos. Wah, saya sih bersyukur, bisa ketemu orang baik di sini. Tapi sekaligus nggak enak, si bapak kan juga mesti cari nafkah buat makan sehari-hari. Biar kata beliau bilang saat ini hidup sendiri. Apalagi saya ini orang asing. Apa nggak takut kalau saya manfaatkan kebaikan beliau? Nah, bagaimana menurut anda? Saya yakin insya Allah si bapak tukang ojek ini baik. Hanya, saya belum terbiasa menerima kebaikan orang. Itu saja. Semoga beliau mendapat balasan yang lebih baik dari Allah.

Rabu, 28 September 2011

Akhir September

Ditulis, masih dari kota yang berjarak 2,5-3 jam perjalanan dari Jombang. Saya mulai betah. Setidaknya, jam kerja saya lebih manusiawi. hehehe. Ok, bukannya di tempat kerja saya yang dulu tidak menyenangkan. Setiap tempat punya keunikan sendiri-sendiri. Tapi saya nggak perlu sebutkan itu kan? Kadang masih sering kangen dengan keluarga dan pacar. Maklum, masih muda. Tapi kalo saya mengesampingkan masa depan saya, kapan saya majunya? Yang ada juga saya malah stuck di tempat yang nyaman tapi membosankan. Untuk sementara ini, saya nggak ingin mengingat-ingat dulu masa lalu saya. Atau tempat di mana saya pernah merajut mimpi walaupun cuma 'sebentar'. Prioritas saya sekarang banyak. Tapi yang paling priority, masa depan saya. Cita-cita yang ingin saya wujudkan bersama orang tercinta yang sekarang berada di tempat yang berjarak 2,5-3 jam perjalanan dari Pandaan. Yah... Jombang maksudnya.

Rabu, 21 September 2011

New Life Begins

Saya tahu ini keputusan yang lumayan ceroboh. Tiba-tiba saja saya memutuskan pindah ke kabupaten yang berjarak tiga jam perjalanan dari Jombang dan 4,5 jam perjalanan dari Ngadiluwih, Kediri. Sebenarnya apa yang saya cari? Jawabannya bisa apa saja. Mau itu sesuatu yang terlihat maupun tidak. Tapi buat saya, biarlah jawaban itu nantinya akan muncul sendiri di hadapan saya. Harus berjauhan dari keluarga dan kekasih merupakan hal yang paling berat untuk kita. I knew it. Apalagi kalau kita sudah terlanjur nyaman dengan posisi kita. Tapi apakah selamanya kita akan seperti itu? Banyak pastinya yang menyayangkan sikap saya. Tapi menurut saya nggak masalah. Mungkin kesannya saya nggak peduli dengan saran orang-orang. Tapi nasib kan nggak tahu akan membawa kita ke mana. Kewajiban kita sebagai manusia adalah menjalankan apa yang sudah Allah gariskan untuk kita dan berusaha mencari jalan terbaik.

Minggu, 28 Agustus 2011

Susahnya Punya Cowok Yang Dikagumi...

Itu yang saya rasakan sekarang. Ok, singkirkan pikiran kalo dia jalan dengan cewek lain. Saya berharap itu tidak pernah terjadi. Tapi bagaimana kalo para cewek yang mendekati cowok saya? Ternyata ini lah yang dirasakan para cewek terhadap cowok yang peduli sama semua orang. Saya akui, cowok saya memang care pada siapa saja. Jangankan saya atau adik-adiknya. Sama kucing di jalan aja dia juga care mungkin. Hehehe....
Nggak terhitung berapa kali saya cemburu sama dia gara-gara para cewek yang menelepon atau mengirim pesan untuk dia. Tapi kalo saya membatasi komunikasi dan sosialisasi dia dengan orang-orang, kasihan dia juga sih. Jadi yang saya lakukan sekarang adalah selalu mengatakan apa yang saya rasakan dan pikirkan. Tentunya dengan baik-baik supaya dia ngerti, ini lho yang saya rasain...
Tapi kadang-kadang saya sendiri emang ngerasa keterlaluan sih cemburunya. Tambahan lagi saya dan dia akan berjauhan karena saya diterima bekerja di kota lain. Saya makin khawatir sama keberadaan fans-nya yang nggak peduli sama keberadaan saya. Kadang saya pengen teriak di depan muka fans cowok saya kalo mereka harus menghargai saya sebagai pacarnya. Gimana seandainya pacar mereka yang ditaksir orang lain? Tapi, saya bisa apa? Kalo saya lakuin itu, yang ada saya malah keliatan kekanakan. Menurut saya, hal seperti ini wajar sekaligus menyusahkan.

Senin, 08 Agustus 2011

Jealousy

Sepertinya saya pernah membahas soal ini ya...? Entahlah, ingatan saya cukup buruk. Tapi saya tetap ingin menulis tentang apa saja yang harus saya tulis. Seperti soal jealousy ini. Perasaan yang pasti dimiliki semua manusia. Kecemburuan tidak hanya identik dengan seseorang yang memiliki kekasih. Bisa saja terjadi juga kepada anak-anak yang cemburu kepada saudaranya yang mendapat perhatian lebih. Atau orang tua yang cemburu karena anaknya yang lebih mementingkan pekerjaan dibanding keluarga.
Saya tadinya berpikir, saya tidak akan sebegini parah mengalami perasaan ini. Bahkan sekarang saya bertanya-tanya, saya ini cemburu atau posesif terhadap pacar saya? Batasnya tipis sekali. Masalahnya dalam waktu yang masih sangat singkat ini, saya mengalami naik-turun emosi yang cukup parah. Sampai-sampai kerjaan saya sedikit terbengkalai. Penyebabnya apalagi kalau bukan rasa cemburu -atau posesif?- saya yang terlalu berlebihan. Saya memang tidak terlalu menunjukkan kepada dia kalau saya cemburu, tapi kalau saya pendam sendiri juga bukan sesuatu yang baik dan tidak menyelesaikan masalah. Kalau saya terlalu jujur mengungkapkan apa yang saya rasakan kepadanya, saya takut dia malah jadi risih dan efek paling buruk dari kejadian ini akan terjadi pada saya.
Kita semua tahu, perasaan seperti ini memang wajar dialami semua orang, dan manusiawi. Tapi kalau untuk kasus saya, apa masih normal?

Selasa, 26 Juli 2011

Bersyukur hari ini

Jujur saja, sebagai manusia biasa yang keadaan ekonominya juga terlalu biasa membuat kita kurang bisa bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan. Sedikit atau banyak. Berupa materi atau bukan, itu semua adalah hadiah dari Tuhan untuk kita. Bukan berarti saya tidak pernah mengeluh. Sering saya merasa apa yang Tuhan kasih ke saya selalu nggak cukup. Selalu merasa kekurangan dan tidak seberuntung teman-teman saya.
Sering saya berkata dalam hati, seandainya saya memiliki apa yang mereka miliki. Teman-teman yang fasilitasnya serba ada.
Tapi kemudian Tuhan seperti memberi tahu saya. Ketika saya berjalan kaki pulang ke tempat kost yang sudah dua tahun ini saya tempati, sambil berharap kalau suatu ketika saya memiliki kendaraan sendiri, kemudian seorang bapak tukang becak melintas dan meninggalkan aroma keringatnya di udara. Atau seorang pemulung yang sepedanya sudah karatan dan berhenti di tepi sungai yang airnya sudah kecoklatan hanya untuk mengambil sampah yang hanyut. Atau seorang gelandangan yang dekil dan pastinya sudah berhari-hari tidak mandi. Kemudian di lain kesempatan, ketika saya harus mengantar surat ke kantor pos atau mem-fotocopy sesuatu, wanita seusia ibu saya dengan pakaian compang-camping mendatangi setiap orang yang ditemuinya demi untuk sekeping rupiah. Atau seorang anak laki-laki berusia kira-kira 13 tahun, mengelap jok motor pinjaman yang saya parkir.
Dan masih banyak lagi....
Tuhan seperti memberi tahu saya. Lihat tuh, kamu masih beruntung dibanding mereka. Mereka harus memeras keringat sampai kering untuk bisa makan hari itu. Harus berhadapan dengan panas, debu, atau orang-orang rese. Kamu tinggal duduk di depan komputer dan meja siar sudah bisa menabung dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka mungkin nggak bisa melanjutkan pendidikan minimal sampai SMP sehingga pengetahuannya terbatas. Sedangkan kamu, bisa menyelesaikan pendidikan sampai SMA, itu sudah cukup berprestasi. Ditambah lagi pengetahuan-pengetahuan otodidak.
Tuhan benar, dibanding mereka saya memang masih lebih beruntung. Saya bisa sekolah meskipun sampai SMA hanya dibantu Ibu. Saya mendapat gaji yang lumayan cukup untuk saya sendiri meskipun kadang saya stress. Saya bekerja di tempat yang nyaman dan cukup berfasilitas meskipun kadang saya heran kenapa masih ada rekan-rekan yang suka ngomongin saya di belakang. Saya memiliki keluarga yang mendukung saya meskipun kadang mengeluh karena saya jarang pulang. I do have somebody to love and love me just the way I am. Di atas semua itu, Tuhan yang benar-benar baik kepada saya karena memberikan saya kehidupan yang baik. Saya sehat, keluarga sehat dan orang yang saya sayangi pun sehat. Jika dipikir-pikir, perjuangan saya tidak perlu terlalu keras. Karena Tuhan sebenarnya sudah memfasilitasi saya. Jadi, apa alasan saya untuk tidak bersyukur?

Rabu, 20 Juli 2011

Pertanyaan saya

Kenapa perempuan selalu cemburu dengan teman wanita pacarnya? Kenapa perempuan takut kehilangan? Kenapa perempuan selalu merasa nggak sempurna? Setidaknya itulah yang selama ini saya pikirkan. Kalau saya ingat-ingat, sepertinya sepanjang hidup saya hampir nggak pernah saya merasa benar-benar bahagia atau benar-benar tenang. Jika suatu ketika saya bilang saya bahagia, saya tenang atau saya bersyukur, itu karena saya nggak ingin orang lain khawatir. Padahal dalam hati ada saja perasaan khawatir walaupun sangat kecil.

Rabu, 29 Juni 2011

Angel

I

Dewi memandang keluar jendela yang berembun karena hujan. Senyum kecil terkembang di bibirnya. Ia suka hujan. Mulai dari yang hanya rintik-rintik, sampai yang sangat deras. Tapi yang paling ia suka adalah aroma tanah basah setelah tersiram air hujan.

"Dewi." Panggil sebuah suara yang membuatnya menoleh. "pesanan meja nomer 9." Sambung suara tadi. Dewi mengangguk dan segera mengambil nampan yang sudah terisi tiga gelas juice alpukat. Sementara Aldi, staff dapur yang memanggilnya tadi, menyiapkan nampan lain berisi dua porsi salmon lada hitam dan satu porsi salad tuna yang segera diambil Risa.

"Silahkan. Selamat menikmati." Kata Dewi setelah menghidangkan tiga gelas juice alpukat di meja nomor 9. Tak lupa ia memberikan senyum termanis untuk pelanggan yang terlihat lelah yang menempati meja itu. Risa, temannya sesama waitress, menyusul di belakangnya dan menghidangkan tiga porsi makanan berbahan ikan yang dibawanya. Pelanggan meja nomor 9 mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua dan segera menyantap hidangan yang mereka pesan.

"Shift kamu bentar lagi abis kok Dew, tenang aja." Kata Risa saat melihat Dewi melihat jam tangan mungil yang melingkar di lengan kirinya. Dewi menoleh kepada Risa lalu tersenyum.

"Aku nggak nungguin shift abis kok Ris. Jamku mati, makanya dari tadi kok waktunya lambat banget." Jelas Dewi sambil mengacungkan lengan kirinya.

Risa tertawa geli. Tidak menyangka alasan Dewi sesederhana itu. Dewi dan Risa adalah dua diantara dua puluh pelayan, satu chef kepala, empat chef dan dua petugas kasir di Fishbone. Rumah makan yang terletak di pusat kota Kediri. Sejak berdiri dua tahun yang lalu, tempat ini sudah menarik perhatian masyarakat. Mulai dari desain tempatnya yang unik sampai masakannya yang semua berbahan dasar ikan atau hasil laut lainnya. Dan siang ini juga siang-siang sebelumnya, Fishbone ramai oleh para pengunjung yang kebanyakan adalah karyawan perusahaan atau mahasiswa berdaya beli tinggi.

Dewi sendiri baru satu tahun bekerja sebagai waitress di Fish Bone. Posturnya yang bertinggi 155 cm memang kalah tinggi dengan Risa yang 165 cm. Meskipun dibantu sepatu hak tinggi. Tapi wajahnya yang selalu cerah menyambut para tamu yang datang ke Fishbone, lebih akrab daripada siapa pun. Menurut Risa, faktor itulah yang membuat orang-orang selalu kembali ke rumah makan ini, selain masakan lezat hasil racikan Pak Braham, Head Chef  Fishbone. Setiap hari, senyum tulus hampir tidak pernah hilang dari wajah Dewi, seakan-akan ia tidak pernah memiliki masalah dalam hidupnya. Wulan yang berjaga di kasir pun heran, dan pernah iseng bertanya, bagaimana membuat Dewi cemberut? Tapi Dewi justru menanggapinya dengan tawa.

"Dew, bantu Bagas antar pesanan ke meja nomer 3 ya." Kata Aldi ketika Dewi sampai di konter penyajian. Sebuah troley sudah terisi dengan berbagai hidangan dalam porsi besar.

"Ok bos. Wah... pesennya banyak amat. Siapa nih?"

"Biasa. Kelompok eksmud mampir." Sahut Bagas.

"Cowok semua lho Dew, ati-ati ye.." Canda Aldi yang diiringi tawa Bagas. Dewi hanya tersenyum lalu mengikuti Bagas yang mendorong troley perlahan.

Meja nomor 3 memang diperuntukkan bagi pelanggan yang ingin mengadakan jamuan besar. Biasanya yang mem-booking adalah para bos yang ingin mengadakan rapat dalam suasana yang santai dan privat karena letaknya juga agak terpisah dari meja-meja lain. Meja ini terletak di ruangan yang dibatasi dinding kaca dengan hiasan ornamen dari kaca patri warna-warni. Dewi agak terkejut ketika sampai di meja yang dituju, hanya ada empat orang pria di sana. Sangat sedikit jika melihat jumlah makanan yang dipesan yang seharusnya untuk delapan orang.

"Akhirnya makanan datang..." Kata salah seorang di antara empat pria tadi. Badanya tinggi besar dan berkacamata

"Wah, kita udah kelaperan nih mbak Dewi." Sahut yang lain.

"Lho, elu kenal sama mbaknya Jo?" Tanya pria ketiga yang berwajah oriental keheranan.

"Enggak sih. Tapi kan ada namanya." Pria yang dipanggil Jo tadi menunjuk name tag berhias tulang ikan berbentuk huruf 'O' yang menjadi simbol Fishbone yang tersemat di dada kiri Dewi.

"Jiah... kirain kenal..." Si pria pertama menoyor kepala Jo yang justru tertawa.

"Mbak Dewi udah punya pacar belom?" Tanya si pria oriental yang disusul ledekan dari teman-temannya.

"Memangnya kenapa mas?" Dewi balik bertanya sambil meletakkan setiap hidangan di meja.

"Nggak. Tuh, teman saya yang di ujung baru putus, kali aja mbak minat." Pria keempat yang sedari tadi hanya diam melirik kesal ke arah teman-teman yang menertawakannya. mereka pikir putus itu peristiwa paling lucu dalam sejarah. Dewi melihat ke arah pria itu, wajahnya putih dan cerah serta berpostur tegap. Fisik yang sempurna dan pasti hidupnya mapan. Aneh jika pria seperti ini mengalami putus cinta. Gumam Dewi dalam hati.

"Wah, sayangnya saya udah punya pacar." Jawab Dewi yang disambut 'yaahh....!!' oleh ketiga pria, kecuali pria keempat yang sepertinya tidak peduli dunia ini mau jadi apa. "tapi temen saya ini masih jomblo lho." Dewi menepuk pundak Bagas yang segera disambut tawa oleh ketiganya, sementara Bagas tidak terima dengan kata-kata Dewi.

"Emangnya aku udah nggak doyan cewek?!" Tanya Bagas sewot. Dewi hanya tertawa geli menanggapi. Ia kemudian mempersilahkan tamu-tamunya untuk bersantap siang sebelum kembali ke dapur bersama Bagas. Saat melewati meja kasir, Dewi berhenti sejenak. Seorang pria berpenampilan casual -mungkin mahasiswa- yang baru melewati pintu masuk melambaikan tangan ke arahnya, Dewi balas melambaikan tangan dan memberi tanda agar pria itu menunggu.

"Deuh.. udah dijemput." Celetuk Wulan. Dewi menoleh dan tersenyum ke arah temannya itu.

"Aku duluan ya.." Katanya.

to be continued....

Dia, bagi saya...

istilah ilmu sosialnya, sekarang dia itu kebutuhan primer. Hehehe. Gimana nggak? Rasanya aneh kalo nggak ada dia di dekat saya. Kalo kata Syahrini sih, aku tak biasa bila tiada kau di sisiku -alah... lebay..!!- Tapi bener kok. Kami memang masih baru menjalin hubungan. Tapi dalam waktu yang singkat ini, saya merasa dia sudah jadi bagian dari hidup saya. Meskipun kadang-kadang saya agak ragu juga. Keraguan saya bukan tanpa sebab. Semuanya karena faktor dari diri saya sendiri. Saya merasa saya tidak berpotensi disukai seseorang. Tapi... saya nggak ingin berspekulasi apa-apa deh. Susah maupun senang dan apa pun resikonya, saya memilih untuk menghadapinya aja. Saya tidak tahu apa rencana Tuhan dibalik ini semua. Jadi saya memilih untuk menghadapinya, sekali lagi.
Dalam suatu hubungan, selalu ada perbedaan sekecil apa pun itu. Entah dari hal-hal yang terlihat maupun yang tidak. Mengutip syair lagu Heartbeat dari Tahiti 80,

I never find another way to say...
I love you more each day...

Yup, itulah saya. Hal sederhana dan biasa sudah cukup bagi saya. Dan saya ingin dia tahu, tanpa saya katakan, hati saya untuk dia. Well, aneh kalo saya harus curhat di dunia maya begini. Nggak biasa sih :)

Selasa, 07 Juni 2011

Something new

Saya ingin sekali menulis blog yang berbeda. Tapi nggak bisa dibilang blog juga sih. Ini mungkin akan jadi novel bersambung. Yah, saya pikir nggak ada salahnya. Jadi mulai hari ini, blog-nya akan sedikit berbeda. Eum... nggak pasti hari ini sih. Pokoknya dalam waktu dekat :)

Jumat, 03 Juni 2011

How does is missing like?

Bagaimana rasanya rindu? Yah, seperti ini. Pagi ini, dari kemarin sebenarnya. Saya sedang kangen berat dengan dia. Padahal kami bertemu tiap hari. Tapi kok rasanya masih kurang saja ya? :D
Saya berdo'a semoga dia baik-baik saja pagi ini. Dan semoga kami segera bisa bertemu lagi. Amin. Saat ini dia sedang ada tugas ke suatu tempat. Bukan tugas yang penting tadinya. Tapi sekarang jadi penting sih :)
Saya sering bertanya-tanya dalam hati. Apakah kami akan baik-baik saja nanti? Bagaimana hubungan kami ke depannya? Jika dilihat dari usia, saya dan dia memang sudah pantas untuk berkeluarga. Tapi untuk saat ini, sepertinya kami harus berjuang keras untuk itu. Just like a water flow. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan hubungan kami yang masih sangat baru ini. Hari ini, tepat satu bulan kami jadian. Tapi, saya berusaha untuk tidak menghitung setiap detik lama kebersamaan kami. Meskipun, yah, harus saya akui saya cukup mengingat waktu-waktu yang kami habiskan bersama. Only the two of us. Saya sering bertanya kepadanya, kenapa saya sering kangen? Padahal hampir setiap hari kami bertemu. Dia juga heran, kenapa dia juga sering kangen saya? Padahal kami nggak berjauhan.
Tapi, setiap rasa kangen yang saya dan dia rasakan ini, setiap moment unik dan konyol yang kami habiskan berdua, tidak ingin saya lupakan. Saya ingin menyimpannya baik-baik dalam memori otak saya. Meskipun detik ini, saya terkadang bertanya dalam hati, apakah saya satu-satunya yang dia pikirkan?

Selasa, 17 Mei 2011

Tentang Mantan

Baru kali ini saya menulis tentang mantan atau ex. Jujur, saya malas jika harus bicara tentang dia. Mungkin kesannya kurang dewasa, tapi saya harus mengakui, inilah yang saya rasakan sejak kami putus. Sebenarnya kita tidak berhak membenci siapa pun, termasuk mantan. Bahkan kalau bisa, kita harus tetap baik sama dia meskipun sudah tidak bersama lagi. Saya juga nggak ingin membenci dia. Tapi masalahnya dia berpotensi untuk saya benci. Jadi curhat pagi-pagi nih.. :D
Ah, nggak pa-pa lah. Jadi, bagaimana saya yang tadinya ingin ikhlas jadi nggak berniat untuk baik padanya? Ini semua karena cara dia memutuskan saya. Kesannya seperti ABG ya kalau saya membahas ini. Tapi sungguh, ini benar-benar melegakan. Semuanya karena dia memutus saya lewat e-mail. Selain itu, alasan putusnya juga terlalu dibuat-buat, menurut saya -belum siap berkomitmen dan segala macamnya. Benar-benar klise- Apakah hanya karena masalah sesepele itu saya membenci dia? Anak-anak banget ya? Yah, seperti yang saya bilang, saya tadinya tidak ingin membenci dia. I was thinking that, ok... it might be the best way for us. Tapi kemudian saya jadi merasa kami putus bukan karena dia bosan dengan hubungan jarak jauh atau belum siap berkomitmen, tapi karena orang lain. Kesannya kok saya mencari-cari kesalahannya ya? Saya juga berpikir begitu. Tapi saya amat yakin, itulah yang terjadi. Coba, kalau memang dia belum siap berkomitmen, dia tidak akan memiliki pacar baru dalam hitungan hari setelah kami putus. Ok, saya sudah menebak anda pasti bilang saya terlalu kekanakan. But one more time, that's the truth. Ada kali dua mingguan saya harus menyembunyikan perasaan hancur saya... -lebay banget ya.. :D
Tapi saya bersyukur, ternyata Tuhan nggak ingin saya lama-lama merasa hancur dan patah hati. Berkali-kali Ibu saya kasih semangat supaya saya tetap bangkit. Beliau meyakinkan kalau dia nggak pantes saya tangisi atau dirindukan. Dia memang bukan yang terbaik buat saya, makanya Tuhan menjauhkannya dari saya. Seseorang itu, mau letaknya jauh atau dekat dengan kita, kalau memang yang terbaik untuk kita, pasti rasanya tetap dekat dengan kita. Yah, saya akui, saya masih sulit untuk bersikap biasa saja sama dia. Karena dia sudah menyakiti saya. Bukan masalah putusnya, tapi cara dia memutuskan saya yang nggak gentle banget dan alasan putusnya yang terlalu dibuat-buat. Jika dia membaca blog ini, saya ingin bilang: kalau memang niat bikin saya nangis, sekalian aja. Nggak usah nanggung :)
Dan untungnya, Tuhan benar-benar nggak ingin saya terpuruk terlalu lama. Makanya selang satu bulan setelah kami putus, dia mengalihkan perasaan saya sama seseorang. Hahaha, saya bersyukur sekaligus merasa aneh sendiri. Tuhan kalau mau bikin saya bahagia cepet banget ya? XD
At least, ada satu hal yang ingin saya beritahukan kepada siapa pun yang membaca blog ini. Setelah beberapa waktu kami menjalin hubungan dan akhirnya putus, jadi terbukti kalau saya yang lebih setia dalam menjalani suatu hubungan. Sebenarnya yang lebih dewasa juga sih, tapi masalah curhat online ini kayaknya kurang dewasa ya? Hehehe.
Jadi, saya yang menang. Terbukti kalau akhirnya dia mengulang hal yang sama yang pernah dia lakukan sama mantan-mantannya. Broke their hearts. Be patient ladies... :D
For the last, I wanna say I can't respect you as my ex or anyone and welcome to Gantar as somebody that I thinking about these days :)

"If you love somebody, you must ready to lost him someday..." (Gua Kapok Jatuh Cinta The Movie)

Minggu, 15 Mei 2011

Days

Day by day... it's always about you
Day by day... it's just you
I am not someone expert in love words
or someone that adoring you every time
It's just me

It's enough for me to think about you in my empty time
Or close to you without say something

It's enough for me on your side
It's enough for me to get your hugs once a day

I don't ask more
It's something that I can't say in words
It's something that you don't need to listen
It's just something that you need to understood
Just see it
And feel it

That I love you
I need you
And thank you for made me fallin' in love with you everyday...

Selasa, 10 Mei 2011

A Secret Makes A Woman Woman

Kalimat yang jadi judul hari ini saya dapatkan dari manga Meitantei Conan yang jadi favorit saya banget-banget. Sebenarnya kalimat ini diucapkan sama salah satu bebuyutan mereka. Tapi menurut saya ada benarnya juga. Wanita selalu identik dengan rahasia. Dan banyak peneliti menyebutkan bahwa wanita paling banyak dan sering menyimpan rahasia dibanding para pria.
Rahasia membuat wanita menjadi wanita. I believe it. At least, karena saat ini saya juga sedang menyimpan rahasia. Keep my own secret that would makes you shock when you know it. Tapi kalau saya menuliskannya di blog, bukan rahasia lagi dong namanya :)
Yah, kalau begitu, terpaksa saya harus memberikan petunjuk kepada siapa pun yang membaca blog ini dan ingin mengetahui rahasia saya.
Rahasia saya ini berhubungan dengan hati. Rahasia saya ini membuat saya bahagia. Tapi rahasia saya ini tidak bisa saya ceritakan kepada siapa pun, meskipun orang itu tidak saya kenal atau tidak ada hubungannya. Tapi, rahasia saya ini membuat saya seperti berpetualang dalam hidup saya.
Semoga saja anda yang membaca blog ini tidak kesulitan dengan petunjuk yang saya beri. Jawabannya akan ada jika saya ingin memberikannya. Kapan itu? Saya sendiri tidak tahu. Jadi, sabar saja dengan saya :)

Kamis, 28 April 2011

Dia kembali

Siapa? Bukan manusia kok. Yang saya maksud dengan kembali adalah, meskipun sebutannya dia, tapi ini adalah sebuah perasaan. Perasaan yang saya harapkan tidak pernah kembali lagi ke dalam hidup saya. Tidak pernah saya alami lagi untuk kali kedua. Saya merasa capek dan sepertinya nggak sanggup kalo harus mengalaminya lagi. Saya merasa seperti main roller coaster yang entah kapan akan berhenti -padahal saya belum pernah naik roller coaster, tapi saya tahu rasanya- Setelah satu bulan yang lalu saya mengalami kejadian yang cukup menyakitkan dalam hidup saya -everybody ever got broken heart, right?- saya ingin berhenti sejenak dari segala macam aktivitas. Saya ingin, untuk sementara beristirahat dan diam. Menikmati semua apa yang ada dalam kehidupan saya secara perlahan. Tapi yah, tidak cukup berhasil kalo saya masih mengingat-ingat betapa sakitnya saya mendapat kata-kata terkutuk itu -saya benar-benar ingin membuat dia merasakan apa yang saya rasakan saat itu, but yet, that's an impossible thing-
Saat itulah saya tahu, saya harus menerapkan apa yang selama ini menjadi prinsip saya. Bukan melupakan, tapi merubah perasaan kita terhadap sesuatu. Dan itu cukup sulit. Betapa masih ketusnya saya kepada dia, kalo mengingat apa yang sudah dia lakukan sama saya. Tapi toh, saya harus belajar memaafkan. Sebesar apa pun kesalahannya. Dan pada saat itulah, saya mengalaminya lagi. Entah kenapa saya mengalaminya. Saya berpikir, kalo perasaan ini pastilah sebatas kekaguman belaka. Karena kami toh baru akrab akhir-akhir ini. Saya tidak berani bilang kalo perasaan ini yang lazim dialami dua orang yang berbeda jenis. Karena bedanya tipis sekali. Saya hanya merasa senang melihat dia di sekitar saya, atau ketika dia mengirim pesan untuk saya, meskipun isi pesannya biasa. But once again, we were just known each other. Kalo ditanya apa yang menarik dari dia? Saya sendiri juga nggak tahu. Saya cuma merasa senang kalo tahu dia ada di dekat saya. Nah, kalo saya harus mengalami perasaan ini lagi, jujur saja saya masih takut. Sementara ini hanya saya dan Allah yang mengetahui tentang apa yang saya rasakan. Kalo orang lain? Entahlah. Mungkin kalo ada yang membaca blog ini, dia akan tahu. Tapi saya bersyukur, dia belum tahu. Dan saya belum siap kalau ada orang lain tahu. Well, salah satu alasannya karena saya orang yang tidak bisa dibilang cukup membanggakan. Jadi, berpegang pada prinsip lama. Saya akan menyimpan rahasia ini.
Berapa kali saya mengalami perasaan seperti ini? Saya tidak tahu. Saya lelah, tapi saya senang mengalaminya. Hanya saja, sekarang saya harus hati-hati jangan sampai orang lain tahu. Saya belum siap dengan reaksi mereka.

Minggu, 24 April 2011

My Life's Story Part '?'

Saya percaya apa yang dibilang Raditya Dhika, kalo setiap insan di dunia ini punya cerita mereka sendiri-sendiri. Ibaratnya, di dunia ini ada bermilyar-milyar novel dalam bentuk manusia dengan berbagai macam cerita yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Ada yang seru, ada yang datar. Ada yang berakhir sedih, atau bahagia. Apa pun itu, saya termasuk di dalamnya. Cerita hidup saya... ya, gitu deh. Nggak ada yang istimewa. Saya orang dari kalangan biasa yang kebetulan punya segudang mimpi untuk ditaklukkan. Saya tidak memiliki prestasi yang sangat membanggakan atau hal-hal luar biasa lainnya. Jika saya ingin merubah hidup saya menjadi luar biasa, bisa saja. Tapi itu jika dulu saya tahu caranya. Nah, masalahnya ketika moment di mana seharusnya hal-hal istimewa itu ada, I couldn't make it. Very disappointed. Tapi saya sadar, sekeras apa pun kita berusaha, segalanya tetap tergantung pada apa yang sudah Tuhan tentukan. Takdir memang bisa berubah, jika kita berusaha menjadi lebih baik.

Nah, jadi bagaimana kisah hidup saya? Entahlah, saya sering bingung dari mana harus memulai.

Minggu, 10 April 2011

The second week

Still sad and regret everything. Hating, and of course angry. Nobody wants to get hurt any second. Merasa sebagai looser dan nggak punya harapan. That's me now. Saya ingin orang mengasihani saya saat ini. Tapi, saya harus sadar sesadar-sadarnya. Terlalu banyak mellow dalam hidup hanya akan membuat saya tidak bisa apa-apa. He is the worst past because of what he did to me. Apakah karena salah saya atau bukan. For me, he still guilty. A hurt woman is a selfish woman ever exist. She never want to be judged. Saya adalah selfish woman untuk saat ini. Because of what I got. Still wondering what should I do to heal everything? Mungkin saya ingin membencinya. Tapi saya tahu, Allah tidak ingin saya membencinya. There's only one thing. I wanna runaway right now. But I know, no place to run

Selasa, 05 April 2011

this is it

Michael Jackson titled his last concert with it. finish. But for me, it doesn't a final. It's just a beginning.

To all broken hearted girls in the world. It looks hyperbolic. But for me, this is the reality that I want to share with you all, girls. I never knew how it feels until now. This is the worst feeling that I never want to get anymore, although a second. Now I knew how it feels, when somebody you thinking about every night said something you never want to hear along your life. For the first week, your days will full of tears. Thinking about how easy he told you about that, how easy he change his feeling and turn around to someone better then you. it's a melodramatic phase, when you feels like a drama queen. Remind about your beautiful memory with him, and wish it would never ended. But in fact, when the storm come into we aren't ready yet. We feel like fallen from the highest place and crashing a sharp thing. I knew how it feels like. I want to angry and punch him if necessary. But I can't. first he is faraway, and second, that's not my style. Your days also will full of revenge wishing. Maybe you will pray to God to punished him as heavy as possible and see him hurt as you feeling. But, some of you girls will thinking it's all useless. What now? Forgive him? I'm sure you still hard to do that. so do I. Now, I'm waiting for the second week and the next. Can I joint with you girls? And enjoy this pain together? Learn from it?

Rabu, 23 Maret 2011

It's Coming

dalam satu waktu, saya pernah berpikir kalau hidup ini cukup sempurna. Saya nggak bilang sempurna karena tentunya masih ada kekurangan di sana-sini. Tapi cukup. Bahkan cenderung biasa, tapi tidak terlalu membosankan. Datar, hampir tidak ada kesan. Kita semua berharap ada kebahagiaan di dalamnya kan? Bukan sekedar hal yang membosankan. Tapi bosan lebih baik daripada masalah. Beberapa orang berpikir begitu. Masalah jadi sedikit menakutkan ketika datang. Kenapa ya? Saya sering merenung, ketika sedang menikmati kesan indah yang diberikan tuhan dalam hidup. Semua ini pasti sementara. Looks perfect but who knows, one day there will coming a storm in your life. The storm's name is problem. Kita sering bertanya-tanya soal ini, tapi sering tidak siap ketika pada akhirnya datang. Sesederhana apa pun itu. Saya masih bertanya sampai saya tulis blog ini.

Sabtu, 26 Februari 2011

THE HAPPIEST PART OF LIFE

Have you ever got it? The happiest part of your life. Although just once along your life. Sometimes, we feel at one moment we had the best part of our life's episodes. But in some moments, we felt that we never feel happy whole life. I wonder, when will I got this best part? When I feel so happy, the happiness that change my whole life. I never, or maybe don't get it yet. I wonder, what Allah wants me to do? Because I spend almost everyday wondering about my destination, my jobs, my life, my future. Everything. It's like, I walk into the circle. I called it circle, because I can't find the answer. It's like never ending worries. I wonder, when will all my questions answered? When I wouldn't wondering again? When I'm walking for work or home, I did asking. I thought it will end when I tried to go, but nope. It just happen again.

Kamis, 24 Februari 2011

Aku akhir-akhir ini bertany-tanya. Apakah keputusanku untuk mengalah dan menunggu kesempatan yang lain untuk keluar dari sini itu tepat? Karena beberapa hari ini selalu aku isi dengan kemurungan yang aku sendiri bingung apa maksudnya. Aku sendiri gelisah, seperti orang kebingungan. Aku menyebutnya dengan berjalan dalam lingkaran. Tapi sejujurnya, aku sendiri bingung apa yang aku khawatirkan, apa yang membuatku gelisah? Semua itu belum terjawab. Aku pikir, apakah aku sudah berbuat suatu kesalahan yang amat besar? Mungkin. Di satu sisi, aku sering menyesal meninggalkan ibuku. Dari mulai puber sampai sekarang, aku belum pernah tinggal di rumah dan melakukan kegiatan ibu dan anak bersamanya. Seandainya boleh, ingin kembali ke masa lalu dan menunda apa yang seharusnya aku tunda. Tapi aku rasa nggak mungkin. Dan di satu sisi, aku sayng untuk meninggalkan dunia radio. I fell in love with my job. But to move, it's so difficult.

Jumat, 04 Februari 2011

dilemma

do you ever felt it? even just once in your life? I did it now. It's kind of a feeling that makes you difficult to making decision. I just have a decision to the next plan. I mean, it's kind of the things that I want to change. I thought it's just perfect. But no, it doesn't. Perfection doesn't come so easy. It never happen like we want. I got so many tears after all. Many. Maybe, one liter ore more. I don't know. It's just a hurt moment. Becoming someone that have no choices and have an ordinary thing it doesn't make proud of. In just a moment, I feel so underestimated, guilty, alone, and hopeless. And yeah, helpless. What can I do next? I'm in a big dilemma. If I stay, some people will disappointed. But if I keep on, yeah, some people will disappointed and angry. What will you do if you were me? My eyes gone sore. Nobody motivated me here. I feel alone. People I called supporters are far away from me. There's no final decision yet. I'm just afraid. I'm afraid to make another people angry or disappointed. To give in? I think it's not a good idea too. Maybe because it's all about my fault too. I always forgetting Allah when happy, and just remember Him when I confused. I seldom ask for His helps, because there's a little incertitude in my heart. Can I pass it? Without hurt?

Rabu, 19 Januari 2011

Hujan

Hari ini Kota Jombang hujan. Hujan. mengingatkan saya akan banyak hal. Yang indah dan membahagiakan dan juga menyedihkan. Sering saya bayangin saya lagi jalan-jalan di luar dengan payung di tangan saya. Kalau dulu saya hobi bayangin, kalau saya main air hujan. Yah, bayangan dan imajinasi kita sering berubah seiring berjalannya waktu. Tapi ngomong-ngomong soal kenangan di waktu hujan. Jujur saja, sebagian besar saya sudah lupa. Tapi kenapa ya, menatap tetesan air hujan itu menimbulkan nostalgia tersendiri? Hanya saja, sudah dua tahun ini -oke, hampir dua tahun ini- saya sudah tidak pernah mensyukuri fenomena alam yang satu ini. Sulit rasanya sekarang menikmati hujan ditengah tuntutan pekerjaan yang mengejar-ngejar kita. Tapi karena sekarang jadwal saya sudah agak longgar, rasanya sah-sah saja jika saya sesekali mengamati sekitar saya. Hujan itu banyak bicara. Sayangnya saya tidak bisa menangkap apa yang mereka katakan. padahal saya ingin juga berbicara dengan mereka.

Sabtu, 08 Januari 2011

TAKUT

Setiap orang pasti punya ketakutan-ketakutan yang disadari atau tidak, selalu mengikuti perjalanan hidup mereka. Dulu sewaktu kita masih kecil, kita sering takut pada hal-hal yang menurut kita 'besar'. Petir, banjir, hantu, jagoan sekolah, kemarahan orang tua, hukuman. Namun ketika remaja ketakutan itu berubah menjadi kepada hal-hal yang ada pada diri kita. Takut tidak cantik, takut tersaingi, takut ditolak... :) iya kan? Seiring kita meninggalakn dunia itu, kita digiring menuju ketakutan-ketakutan berikutnya. Saat kita mulai menapaki dunia kedewasaan. Saat tanggung jawab mulai dibebankan ke pundak kita. Pada saat inilah, ketakutan kita yang dulu seakan-akan berkumpul di sekitar kita. Membuat beban di pundak kita makin berat. Saat itulah kita memiliki dua pilihan. Meninggalkannya dan lari atau menghadapinya? Kalau kita meninggalkan semua ketakutan itu, justru dia yang akan mengejar kita. Bahkan, bukan tidak mungkin akan mengikuti sampai kita tiada. api jika kita harus mengadapinya, apakah kita memilki kekuatan untuk menghadapi semua ketakutan itu?Jika itu (kekuatan) ada, dari mana kita mendapatkannya? Sekali lagi, hidup ini adalah kuis, permainan, game, apa pun sebutannya.Tapi satu persamaan, semua menyodorkan pilihan. Mana pilihan yang terbaik untuk kita? Jika kita telah memilih, apakah kita sanggup untuk terus setia dan menjaga pilihan kita bahkan mengorbankan nyawa kita untuknya? Hidup ini adalah sekolah, banyak masalah yang harus diselesaikan, banyak pertanyaan yang harus dijawab, banyak ketakutan yang harus dihadapi. Apa yang kita punya untuk itu semua? Jawabannya ada dalam hati kita masing-masing.

Kamis, 06 Januari 2011

DECISION

You know, making decision is the hardest thing to do. Banyak yang harus dipertimbangkan ketika kita jadi mengambil keputusan itu. Pikirkan, yang lebih utama, dampak dari keptusan kita, persiapan kita, rencana kita dan hal-hal lain sampai yang paling remeh sekalipun. Itulah sebabnya sebuah peraturan tidak bisa asal dibuat. Harus ada pertimbangan-pertimbangan yang tidak boleh merugikan siapa pun. Terutama yang berhubungan langsung dengan kita.
Belajar membuat keputusan aku lakukan kali pertama saat bekerja di sini. Two years ago. Honestly, that day was really confused for me. Making decison it's something I never done before. And when the condition made me to do that, I've to learn to make it. And now, ketika keadaan itu terulang lagi tapi dengan situasi yang berbeda, aku harus mengulang lagi untuk membuat keputusan yang tentunya harus kupikirkan masak-masak kembali. So, it surprised when happen :)
Dalam hidup kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit bahkan sangat sulit untuk kita jalani. Kita mungkin berpikir, bisakah kita melewatinya? Bisakah kita menjadi bagian dari itu? Bagaimana kalau gagal? Bagaimana kalu begini? Bagaimana kalau begitu? dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tapi jika belum-belum kita sudah ragu, maka sampai kapan pun kita tetap akan ragu dan sulit untuk melakukan hal-hal lainnya. Jika masih sempat, yakinlah akan apa yang akan kita lalui. Aku memang bukan ahlinya dalam memberi motivasi atau berbagi pengalaman, tapi setidaknya dengan begini aku tahu apa yang harus aku hadapi dan sebesar apa nyaliku untuk melaluinya.