Minggu, 29 Juli 2012

Memories

Aku ingat ekspresi saat kamu mengatakannya
Aku ingat kalimat yang kamu ucapkan bersama ekspresi itu
Aku ingat perasaan saat tangan kita kali pertama bergandengan
Aku ingat cara kamu melihatku
Aku ingat eratnya pelukanmu
Aku ingat jalan-jalan yang kita lalui berdua
Aku ingat tempat-tempat yang kita datangi
Aku ingat makanan yang kita habiskan berdua
Aku ingat cokelat yang kita bagi berdua
Aku ingat lagu yang kita nyanyikan berdua
Aku ingat apa pun tentang kita
Aku ingin terus mengingatnya sampai Tuhan membuatku lupa
Tapi jika diizinkan, aku ingin mengingat sampai aku lupa kalo aku bukan lagi manusia

Sabtu, 28 Juli 2012

Angel (Bab I part 2)

Sambungannya Angel (happy reading)




Jeep itu berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat coklat. Dewi menoleh ke arah pemuda yang tadi menjemputnya.

"Makasih ya Dhan, udah jemput." kata Dewi.
"Biasa lah. Kayak aku ini siapa kamu aja."
"Mau mampir?"
"Nggak usah. Udah malem ini. Kamu nanti langsung istirahat ya."
"Oh.. ya udah, aku masuk dulu ya."
"Eh, tunggu Wi." Dhani menahan Dewi yang akan membuka pintu mobil dan menoleh ke arah Dhani.
"Kenapa Dhan?" tanya Dewi.

Dhani tidak menjawab. Ia memegang erat kedua tangan Dewi dan perlahan mendekatkan wajahnya. Nafas Dewi tertahan tidak siap.

"Ya ampun, udah jam 10. Kamu harus pulang, nanti Mama nyariin. Sekali lagi makasih udah dianter ya, Dhan." Dewi menarik tangannya dan terburu keluar dari jeep Dhani.
"Nanti aku telepon." kata Dhani singkat sebelum menyalakan mesin mobilnya. Dewi mengangguk sambil tersenyum.
"Hati-hati ya." katanya sebelum Dhani benar-benar pergi.

Dewi menghembuskan nafas. Maaf ya, Dhan. Gumamnya dalam hati lalu membuka pagar rumah. Sudah 8 bulan mereka jalan. Kadang-kadang Dewi masih belum percaya ia dan Dhani pacaran. Ia seorang waitress di Fishbone, sedangkan Dhani, mahasiswa tingkat akhir sebuah universitas di Malang yang kebetulan adalah putera tunggal pemilik jaringan resto tempatnya bekerja. Ia sempat bertanya-tanya apakah Tuhan nggak salah membuat Dhani menembaknya tepat awal tahun ini? Dewi jadi merasa seperti cinderella abad 21 dengan cerita yang absurd. Se-absurd perkenalannya dengan Dhani.

Ia ingat bagaimana dulu mengira Dhani sebagai karyawan baru ketika dia kali pertama datang ke perayaan 5 tahun Fishbone cabang Kediri. Itu gara-gara informasi teman seprofesi-nya, Lana, yang mengatakan kalau mereka akan kedatangan trainee baru untuk menggantikan Siska yang mengundurkan diri. Ditambah lagi, Rosalin, manajer Fishbone yang kebetulan akrab dengan Dewi memintanya untuk men-training si anak baru. Singkat cerita, nggak salah kalo informasi absurd dari rekan-rekannya itu membawa Dewi ke perkenalan yang absurd juga dengan Dhani. Entah kenapa ia suka tersenyum dan malu sendiri mengenangnya.

Tapi, se-absurd perkenalan mereka, hubungan yang baru jalan 8 bulan ini pun dirasa nggak jelas oleh Dewi. Entah kenapa, ada sebagian kecil hatinya yang merasa kalo dia nggak seharusnya buat Dhani. Itu sebabnya gaya pacaran mereka terkesan seperti main-main dan nggak romantis menurut adiknya. Sampai saat ini, bisa dihitung dengan jari durasi kencan mereka. Paling cuma ke coffee shop langganan Dhani di Kediri Mall, itu pun nggak sampe berjam-jam karena Dewi selalu beralasan harus datang on time ke Fishbone atau belanja sesuatu untuk ibunya.

Perasaan itu juga dirasakan Dewi saat Dhani mengantarnya tadi. 8 bulan, dan mereka at least, belum pernah kissing. Dewi tau Dhani sangat menginginkan itu. Tapi itu tadi, sebagian kecil hatinya yang selalu kontra dengan Dhani menolaknya. Tapi yang bisa dilakukan Dewi hanya menggumamkan maaf saat Dhani sudah nggak ada di depannya.

"Gagal lagi?" celetuk Diana, adiknya, saat Dewi memasuki ruang tamu. Di tangannya ada novel Breaking Dawn yang terbuka.
"Belum tidur kamu?" tanya Dewi.
"Besok hari sabtu, kakakku sayang. So, hari ini gagal lagi?"
"Oh iya. Kuliah kamu libur sabtu sama minggu ya.." kata Dewi.
"Jawab pertanyaanku dong..." kata Diana jengkel.
"Sejujurnya aku nggak ngerti kamu nanya apa." kata Dewi datar. Diana berdecak sebal. Kakaknya ini bego atau lemot sih?
"Kamu, sama Dhani, 8 bulan. Dan nggak ada perkembangan apa-apa." Dewi belum bereaksi atas penjelasan Diana yang mirip men-dikte soal matematika. "your first kiss." kata Diana lugas.
"Ah... itu. Penting banget ya?"
"Ya iyalah, mbak. Kamu sama Dhani tu nggak kayak orang pacaran. Aku memang nggak sama kalian kalo lagi nge-date, tapi aku tau kalo kamu masih jaga jarak sama Dhani. Iya kan?"
"Hmmhh... gimana ya, Di? Anggap aja aku belum siap buat itu."
"Hah?! Alesan kamu absurd banget tau, mbak. Mana ada orang belum siap buat hal-hal yang lebih, just say, intimate padahal udah pacaran. Gimana kalo nanti kamu married? Mau nunggu sampe kamu siap juga buat ML?"
"Hush! Ngomongmu itu, lho." sahut Dewi.
"Kita udah gedhe mbak. Nggak usah ngerasa tabu buat ngomongin hal-hal kayak gini lah."
"Terserah anggapan kamu kayak apa. Tapi aku akan ngelakuin itu kalo aku udah siap. Aku nggak tau gimana perasaan Dhani, tapi aku harap dia paham." pungkas Dewi sebelum berlalu ke kamarnya.
Diana menghela napas lalu kembali menekuni kisah cinta Edward-Bella yang sejenak ia tinggalkan.

(to be continued...)

Rabu, 25 Juli 2012

Regret

Pernah merasa keterlambatan yang benar-benar parah? Tidak harus datan terlambat ke sekolah, kampus, atau kantor. Atau terlambat janjian di suatu tempat. Kita bisa saja terlambat sadar. Sadar kalau kita salah, sadar kalau kita benar, atau sadar kalau kita kurang sabar.

Laki-laki diciptakan dengan porsi otak lebih besar, sedangkan perempuan diciptakan dengan porsi hati yang cukup besar. Terkadang kita nggak bisa memahami satu sama lain ketika berselisih atau menghadapi persoalan yang sama. Secara teoritis, mungkin gampang saja kita mencari solusi. Tapi pada prakteknya, kita cuma mendapat keterlambatan. Pada akhirnya, kita nggak mendapat suatu kepuasan, melainkan sanksi yang bahkan lebih tidak siap kita hadapi.

Pernah merasa kalau kesabaran kita sudah habis? Sebenarnya nggak benar-benar habis, hanya perlu di-recharge. Sayangnya kita nggak tau cara me-recharge-nya.

Kamis, 12 Juli 2012

Bingung

Pernah merasa di posisi yang nggak jelas? Misalnya saja, kita terbiasa dengan segala macam keteraturan atau terbiasa dengan diri kita sendiri tapi tiba-tiba merasa menjadi orang asing di tempat yang udah kita kenal sejak kita masih ingusan. Itulah yang disebut bingung, perasaan nggak jelas ketika kita merasa di posisi nggak jelas juga. Kita bingung apa yang harus dilakukan, mau ke mana, bahkan bingung dengan perasaan kita.

Akhir-akhir ini saya ngerasa bingung dan nggak beres. Ada yang salah dengan saya. Atau ada yang salah dengan diri saya. Saya selalu merasa kegiatan sehari-hari yang saya lakukan nggak ada gunanya. Cuma main-main, bukan apa yang saya inginkan, dan terlalu disetir. Saya nggak ngerti kenapa jadi begini? Rasanya kayak kehilangan jati diri, atau malah bingung dengan jati diri saya sebenarnya. Saya ingin sebentar saja berhenti dan mencari apa yang hilang dari saya. Tapi kesempatan itu belum datang. Dan saya nggak punya hak untuk berhenti. Saya harus terus berjalan biar pun kaki saya udah capek dan nyeri.

Jumat, 06 Juli 2012

When We Down

Lagi nyoba modem baru nih... -pamer... pamer...- hehehe... Jadi saya manfaatkan aja sekalian buat update blog saya yang hampir tak tersentuh selama bulan juni. Masalahnya nih, saya mesti berjuang ekstra buat nyambung ke jaringan internet -duh... bahasanya...- maklum lah, sinyalnya up and down, tapi lebih banyak down-nya. hehehe. Bicara soal down, saya akhir-akhir ini ngerasa down banget. Dikarenakan banyak hal. Mulai dari urusan pekerjaan sampai pribadi. Atau lebih tepatnya, yang satu kena imbas masalah yang lain. jeleknya saya, kalau udah merasa down, alias jatuh banget, kayak orang depresi -atau emang depresi kali ya?- Don't what to do, where to go, what to say, whose to tell. Serba bingung. Saya memang introvert, but I do need somebody to hugs and a shoulder to cry on. Tapi masalahnya, saya nggak bisa pilih sembarang orang. i am too picky. Susah buat saya percaya sama orang setelah mengalami masalah dengan kepercayaan. Tapi akhirnya saya menemukan itu pada tunangan saya -Love u so much, bebek.... *hugs*- I can tell him anything without afraid everybody will know it. Dia benar2 seorang good secret keeper. Saya bebas bercerita apa pun meski nggak senyaman ketika memeluk Ibu saya. Percaya deh, meskipun kita sudah menemukan seseorang untuk sharing. Entah itu sahabat, pacar, suami, istri atau boneka, tetap nggak ada yang bisa menggantikan pelukan ibu. The best solution whole the world. Saya memang bebas bercerita apa saja dan percaya sama tunangan saya. Tapi saya toh tetap 'anak' yang butuh ketek ibunya. hehehe, istilah saya kasar banget ya, kayaknya. No, I mean, we do need them. A trusty one and parents. they are the best.