Rabu, 25 April 2012

Bangganya Menjadi Perempuan


Apa jadinya dunia ini tanpa perempuan? Suram? Membosankan? Kalau masih kurang, saya bisa menambahkan kata monoton, kaku, massif. Yah, berterima kasihlah pada perempuan. Dan bersyukurlah jika dilahirkan sebagai perempuan.

Karena berkat perempuan, keturunan Nabi Adam terus bertambah sampai sekarang, selalu ada hidangan lezat tersaji di meja, selalu ada baju rapi dan sepatu mengkilat, selalu ada ruangan rapi. Berkat perempuan, para desainer punya cara untuk memamerkan koleksi mereka, berlian dan emas yang terkandung dalam bumi jadi ada gunanya. Berkat perempuan, para pria punya seseorang untuk dibanggakan dan diperjuangkan, punya alasan untuk berangkat lebih awal ke kantor, mengirim pesan singkat dan menelepon, atau membeli sebuket mawar. Berkat perempuan, para musisi selalu punya inspirasi untuk membuat lagu, Leonardo Da Vinci punya lukisan Mona Lisa. Berkat perempuan, negara-negara memiliki pemimpin, kemerdekaan negeri ini bisa kita raih.

Dan yang terpenting, berkat perempuan, saya bisa ikut kompetisi ini. I’m a woman, and proud of it. Cita-cita saya tersalurkan, suara saya didengar. Menjadi perempuan itu membanggakan dan menyenangkan. Semata-mata bukan karena mereka selalu mendapat diskon atau identik dengan kegiatan domestic rumah tangga.  Tuhan menciptakan mereka –termasik saya- sebagai  perantara kehidupan dan memeliharanya.  Perempuan adalah perhiasan dunia, permata syurga, tiang Negara, ibu bumi, inspirasi karya seni. 

Selasa, 24 April 2012

STORY FROM

Orang ketiga
Kimi menatap ponsel di tangannya kesal. Dari tadi ditelepon nggak bisa-bisa! Pasti sama cewek itu lagi deh. Gerutunya dalam hati.
“Abdi nggak bisa ditelepon lagi Kim?” Tanya Dian, teman sekantornya.
“Iya. Huh, pasti dia teleponan sama cewek itu lagi.” Sungut Kimi.
“Cewek yang mana?”
“Mantan pacarnya. Mmm… mantan pacar bukan ya?”
“Tau… lha kamu yang jadi pacarnya gimana?” Dian balik bertanya sebelum duduk di depan meja Kimi.
“Ya… Abdi bilang sih mereka udah putus. Tapi ceweknya ini nggak mau diputusin.”
“Trus si Abdi ini selingkuh sama mantan pacarnya yang nggak mau diputusin itu?”
“Nggak bisa dibilang gitu juga. Abdi selalu bilang apa pun yang dia obrolin sama cewek itu ke aku kok.”
“Kok aku nggak paham ya? Gimana sih?”

Kimi menghela napas. Apa yang dialaminya memang termasuk langka dalam sejarah hubungan asmara manusia, termasuk dirinya. Ia juga nggak nyangka bakal mengalami ini. Tadinya yang Kimi inginkan hanya punya kekasih yang sesuai keinginannya, menjalin hubungan yang baik dan menikah. Cita-cita yang sederhana. Sampai ia tahu kalau sebenarnya sang pacar masih menjalin komunikasi dengan perempuan yang pernah menjadi pacarnya. Setidaknya begitulah pengakuan Abdi. Abdi dan perempuan yang belakangan ia tahu bernama Ayu itu masih saling kontak sebagai kekasih. Itu cukup menyakitkan buat Kimi. Ia merasa dikhianati oleh orang yang ia sayangi. Tapi menurut penjelasan Abdi, ia terpaksa menuruti keinginan Ayu untuk nggak memutuskannya karena masih punya tanggungan ke Ayu.
“Jadi gitu Di, aku sama Abdi pacaran. Tapi cewek yang namanya Ayu ini juga ‘pacaran’ sama Abdi.”
“Dan kamu mau diduain gitu aja?!”
“Aku nggak diduain.”
“Haduh Kim, kamu tu stupid atau bego sih? Istilahnya apa kalo bukan diduain?! Selingkuh? Diliat dari sisi mana pun, si Abdi itu selingkuh sama Ayu. Kok ya kamu masih mau-maunya jalan sama dia?!” omel Dian.
“Selingkuh itu kalau Abdi diam-diam menjalin hubungan sama Ayu. Ini dia masih ngasi tau aku semua sms dia sama Ayu kok. Dia juga selalu bilang kalau abis ditelepon sama Ayu dan isi obrolan mereka.”
“Kimi, denger ya. Kamu itu DIDUAIN sama Abdi. Jelas?! Bisa aja kan masalah tanggungan itu Cuma alasan dia biar leluasa untuk komunikasi sama pacarnya yang lain. Trus, si Ayu ini tau kamu nggak?” Kimi diam sejenak.
“Nggak… Abdi bilang kalau Ayu tahu aku pacaran sama dia, Ayu bakal bunuh diri dan nulis surat kalau penyebab bunuh dirinya itu Abdi yang udah khianatin dia.”
“Hahahaha…” Kimi kaget ketika Dian tiba-tiba tertawa setelah mendengar penjelasannya. “emang kata ini sinetron apa?! Pake acara bunuh diri segala! Si Ayu ini lebay binti alay banget ya? Berarti Cuma satu kesimpulannya Kim. Kamu itu selingkuhan Abdi.”
“Nggak lah.” Sahut Kimi.
“Lha buktinya, kamu tau soal Ayu tapi Ayu nggak tau soal kamu. Berarti kamu yang jadi selingkuhan kan?”
“Kalo aku selingkuhan Abdi, dia nggak mungkin dong ngenalin aku keluarganya. Bahkan aku bisa sampai akrab banget sama adiknya.”
Dian terdiam. Iya juga sih. Yang namanya selingkuhan itu biasanya nggak dikenalin sama keluarga besar. Kalo ada yang masih nekad, sungguh terlalu…. –jiahhh, Rhoma Irama!-
“Trus, solusi kamu sama Abdi gimana?” Tanya Dian.
“Ya… aku pernah sih nawarin bantuan untuk menyelesaikan tanggungannya. Tapi Abdi nolak, dia ngak pengen aku ikut keseret dalam masalah dia. Jadi sementara ini aku masih biarin Abdi sama Ayu tetap komunikasi, sampai Abdi lepas tanggungannya.”
“Sampai kapan?” sahut Dian. Kimi mengangkat bahu, sementara Dian menghela napas.
“Setiap langkah yang kita ambil mengandung resiko Kim. Kalo kamu pilih diemin Abdi nyelesaiin masalah dengan caranya sendiri, kamu bakal sakit tiap hari. Nggak rela kan kalo liat cowok kita saling kirim pesan singkat romantic sama orang lain?! Tapi kalo kamu milih nyelesaiin masalah ini bareng-bareng sama Abdi, kalian bakal nyakitin orang lain dan ada kemungkinan masalah kamu tambah rumit.” Jelas Dian panjang.
Mereka berdua terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Terutama Kimi, karena ini masalahnya.
Tiba-tiba kesunyian itu dipecahkan dering ponsel Kimi yang nyaring.
“Halo?”
“Sayang, kamu tadi telepon ya? Maaf ya, nggak aku angkat. Tadi masih…”
“Nggak apa-apa Mas.” Potong Kimi. Senyum kecil mengembang di bibirnya. “aku ngerti.”