Jumat, 17 September 2010

STUCK!!

Dari dulu aku percaya kalau manusia nggak pernah lepas dari masalah. Masalah adalah bagian dari hidup yang harus diselesaikan. Mirip dengan tes ujian semester khusus mengenai pelajaran dalam kehidupan. Kadang, masalah juga diibaratkan soulmate kita. Yang selalu ingin dapat perhatian dari kita.
Dari dulu aku juga selalu mencoba berteman dengan masalah. Meskipun kadang masalah itu keterlaluan. Dia datang sesukanya tanpa mau tahu kita ini sedang apa. Hanya saja akhir-akhir ini aku semakin merasa sepertinya masalah yang datang ke aku terlalu berat. Ibu selalu meyakinkan kalau semakin berat masalah yang kita hadapi, maka akan membuat kita jadi manusia yang semakin kuat. Yah, semoga aja Bun. Soalnya aku takut kalau-kalau nanti berakhir di kamar rawat Rumah sakit Jiwa -semoga nggak-
Selain berteman dengan masalah, aku juga mencoba berteman dengan kesedihan. Dari kecil, nangis itu sudah jadi makanan tambahan setiap hari. lahir dari istri kedua yang tidak disetujui anak-anak bapak membuatku jadi sedikit dimusuhi kaka-kakakku. tapi, ayolah. ibuku kan nggak merebut Ayah kalian. lagipula, nggak salah kan jika seorang duda yang istrinya sudah meninggal mencari pendampin hidup lagi. belum cukup kakakku, ketika sudah sekolah, aku mendapat perlakuan yang kurang bersahabat dari teman-teman sekolahku. Entah apa yang menjadi masalah mereka denganku. Jadi, kata 'Lonely is my middle name' sepertinya cocok buatku. Aku berpikir mungkin aku nggak berguna apa-apa buat mereka, yang kusebut orang-orang yang punya arah dan tujuan -yah, kayak aku nggak punya tujuan aja-
Entah kenapa, dari jaman aku belum bisa cari uang sendiri, sampai aku mencoba cari uang sendiri aku selalu merasa nggak bisa apa-apa. Yang kukerjakan selalu -rasanya- salah.
Bahkan sekarang, aku sedikit bermasalah dengan boss. Gara-gara aku memiliki kelainan yang sebenarnya normal, tapi khusus aku entah kenapa sangat parah. Hanya gara-gara aku gampang mengantuk. Itu saja. Alasan konyol? Tidak bagi dia. Ini adalah masalah besar. Masalah yang sangat-sangat besar untuk orang yang bekerja di mana setiap detiknya dihitung dengan rupiah. Dan kelelahan -dalam hal ini termasuk kantuk- tidak bisa ditoleransi. Aku pikir tadinya hanya tekanan psikologis saja efek yang aku dapat dari masalah ini. Tapi lebih dari tekanan psikologis. Entah kenapa aku jadi pesimis aku akan bisa melanjutkan hidup, bahkan sampai mengorbankan netbook yang selalu aku jadikan teman dikala aku mulai mengalami 'serangan' -baca: mengantuk-
Kenapa dia harus menyandera si pinky cuman gara-gara aku mengantuk? Sekalian saja pecat aku kalau kau nggak butuh lagi staff yang nggak bisa diajak kerja menurut standar-mu.
Ingin curhat sama seseorang, tapi entah kenapa dari dulu aku sulit untuk terbuka sama mereka. Hanya curhat pada tuhan ternyata kurang melegakan buatku. Aneh. Aku tetap butuh seseorang untuk bicara, untuk menangis.
Huh, dasar childish!
Tapi ternyata aku memang masih anak-anak. Di saat-saat tertentu pastinya. Sering aku bertanya pada Tuhan, ini cuma perasaanku atau sepertinya memang cuma aku yang nggak berguna di sini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar