Selasa, 23 November 2010

WEDDING

Ok, aku memang baru 22 tahun. Tapi hal itu sudah lama ada di pikiranku. Mungkin bahkan sejak aku belum bisa mendapat pekerjaan yang pas. Kira-kira umur 18 tahun. Aku sudah memikirkan tentang pernikahan. Menggelikan? Yeah, mungkin. Jika menurutmu seorang anak umur 18 tahun memikirkan tentang pernikahan, yang dia bayangkan hanyalah kehidupan yang bahagia tanpa ada cela. Tapi pada usia itu, bahkan jauh sebelum aku mencapai usia itu, aku belajar jika orang tak selamanya hidup dalam kesenangan. Ada kalanya dia merasakan kesedihan atau bahkan musibah. Dari mana aku mendapatkan pemikiran seperti itu? Mungin menurutmu aku terlalu mengada-ada tentang aku-cukup-tahu-dunia-orang-dewasa-pada-usia-remaja, tapi sungguh, aku mempelajari tentang apa itu menjadi dewasa dari orang tuaku. Di sini tentu saja ibuku yang berperan. Menurutnya tidak masalah untuk tahu kehidupan pernikahan pada usia muda, di mana menurut sebagian orang dewasa belum waktunya bagi seorang remaja untuk tahu dunia orang dewasa. Tapi menurutku, jika yang perlu diketahui adalah hal yang normal, maka tidak masalah jika kita harus mengetahuinya. Misalnya tentang bagaimana mengatur keuangan, menjaga kepercayaan dan menjaga komunikasi. Dunia dewasa tidak melulu soal seks kan?
Dan hari ini, ketika harus menghadapi kenyataan bahwa adikku satu-satunya mendahuluiku untuk menikah, harus ku akui aku harus merelakannya untuk mendahuluiku meskipun itu berat. Tapi, tidak masalah jika memang harus dia duluan. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama aku akan segera menyusul. Aku menganggapnya sudah cukup dewasa untuk mengarungi biduk rumah tangga dalam usia yang relatif muda bersama pria yang jauh lebih tua. ya Tuhan, bisakah kau bayangkan mempunyai adik ipar yang usianya bahkan lebih tua darimu sendiri? Aku bisa, dan sekarang jadi kenyataan.
Meskipun kemarin aku tidak bisa menghadiri akad nikah adikku di rumah -siapa sangka akhirnya rumah itu jadi saksi pernikahan?- aku tetap berbahagia untuknya. Dan aku selalu berdoa untuk kebahagiaannya. Dan semoga, hidupnya tidak menderita lagi. Sudah cukup aku melihatnya menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar