Kamis, 28 April 2011

Dia kembali

Siapa? Bukan manusia kok. Yang saya maksud dengan kembali adalah, meskipun sebutannya dia, tapi ini adalah sebuah perasaan. Perasaan yang saya harapkan tidak pernah kembali lagi ke dalam hidup saya. Tidak pernah saya alami lagi untuk kali kedua. Saya merasa capek dan sepertinya nggak sanggup kalo harus mengalaminya lagi. Saya merasa seperti main roller coaster yang entah kapan akan berhenti -padahal saya belum pernah naik roller coaster, tapi saya tahu rasanya- Setelah satu bulan yang lalu saya mengalami kejadian yang cukup menyakitkan dalam hidup saya -everybody ever got broken heart, right?- saya ingin berhenti sejenak dari segala macam aktivitas. Saya ingin, untuk sementara beristirahat dan diam. Menikmati semua apa yang ada dalam kehidupan saya secara perlahan. Tapi yah, tidak cukup berhasil kalo saya masih mengingat-ingat betapa sakitnya saya mendapat kata-kata terkutuk itu -saya benar-benar ingin membuat dia merasakan apa yang saya rasakan saat itu, but yet, that's an impossible thing-
Saat itulah saya tahu, saya harus menerapkan apa yang selama ini menjadi prinsip saya. Bukan melupakan, tapi merubah perasaan kita terhadap sesuatu. Dan itu cukup sulit. Betapa masih ketusnya saya kepada dia, kalo mengingat apa yang sudah dia lakukan sama saya. Tapi toh, saya harus belajar memaafkan. Sebesar apa pun kesalahannya. Dan pada saat itulah, saya mengalaminya lagi. Entah kenapa saya mengalaminya. Saya berpikir, kalo perasaan ini pastilah sebatas kekaguman belaka. Karena kami toh baru akrab akhir-akhir ini. Saya tidak berani bilang kalo perasaan ini yang lazim dialami dua orang yang berbeda jenis. Karena bedanya tipis sekali. Saya hanya merasa senang melihat dia di sekitar saya, atau ketika dia mengirim pesan untuk saya, meskipun isi pesannya biasa. But once again, we were just known each other. Kalo ditanya apa yang menarik dari dia? Saya sendiri juga nggak tahu. Saya cuma merasa senang kalo tahu dia ada di dekat saya. Nah, kalo saya harus mengalami perasaan ini lagi, jujur saja saya masih takut. Sementara ini hanya saya dan Allah yang mengetahui tentang apa yang saya rasakan. Kalo orang lain? Entahlah. Mungkin kalo ada yang membaca blog ini, dia akan tahu. Tapi saya bersyukur, dia belum tahu. Dan saya belum siap kalau ada orang lain tahu. Well, salah satu alasannya karena saya orang yang tidak bisa dibilang cukup membanggakan. Jadi, berpegang pada prinsip lama. Saya akan menyimpan rahasia ini.
Berapa kali saya mengalami perasaan seperti ini? Saya tidak tahu. Saya lelah, tapi saya senang mengalaminya. Hanya saja, sekarang saya harus hati-hati jangan sampai orang lain tahu. Saya belum siap dengan reaksi mereka.

2 komentar:

  1. yah....mgkin mang musimny broken heart kli y....but,everything will be okey if we never give up...just always try&try again until we reach what the we want...ha3...dont ever give up....key...

    BalasHapus
  2. Ya mungkin Tuhan membri kita sakit hati agar lebih selektif dalam memilih seseorang dan biar kita ngerti bagaimana orang yang kelak cocok membina hubungan dengan kita mbak.....

    BalasHapus